Globalisasi dan Politik
Luar Negeri di Indonesia
Globalisasi adalah suatu proses mendunia
antara berbagai individu yang saling mempengaruhi, berkaitan, dan bergantung
yang menyangkut segala bidang dalam kehidupan baik ekonomi, politik, sosial
budaya maupun tekhnologi secara cepat melintas batas negara. Bangsa Indonesia
sebagai negara berembang tidak bisa mengelak dari poses globalisai. Dengan
adanya globalisasi dapat menjadikan Indonesia memiliki peluang lebih sekaligus
tantangan. Tak semudah yang dapat dikatakan untuk menjadikan era globalisasi
ini sebagai tantangan suatu negara. Banyaknya pengaruh dampak yang tercipta
baik adanya dampak pofitif dan negatif. Namun dengan adanya dampak positif
Indonesia harus lebih pintar memberdayagunakannya demi kemajuan negara
Indonesia.
Dalam pergulatan interaksi dunia
masing-masing negara saling mempengaruhi. Negara yang kuat dan berkarak
tertanggung akan berhasil memenangkan percaturan dunia, bahkan dapat
mempengaruhi negara lainnya. Kesadaran akan hal tersebut, setiap negara
pastinya memliki strategi dan taktik yang digunakan dalam hubungannnya dengan
negara lain. Hal tersebut diartikan sebagai politik luar negeri. Begitu juga
dengan Indonesia yang diharuskan untuk memiliki politik luar negeri sendiri
yaitu politik luar negeri bebas aktif. Berdasar pada UU No. 37 Tahun 1999
tentang hubungan luar negeri. Serta UU No. 24 Tahun 2000 tentang perjanjian
internasional yang menjadikannya sebagai landasan operasional politik luar
negeri Indonesia.
Politik
luar negeri bebas aktif yang dicanangkan oleh Mohammad Hatta pada tanggal 2
September 1948 di depan rapat Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
(BP-KNIP), dalam perjalan sejarah Indonesia terus mengalami perkembangan. Pada waktu itu
Indonesia tidak terikat oleh dua kekuatan adi kuasa yang ada (Blok Barat dan
Blok Timur). Pada masa pemerintahan orde lama (1960-1965). Munculnya dua
kekuatan adi kuasa tersebut membagi dua blok yang diharuskan kepada semua
negara untuk menjatuhkan pilihannya kepada salah satu blok. Pilihan itu adalah
demikian ketatnya, sehingga sikap tidak pro sudah dianggap anti sedangkan sikap
netral dikutuk. Namun pada msa itu, Indonesia lebih cenderung terikat pada
kekuatan Blok Komunis. Sedangkan Blok Barat dianggap sebagai musuh dan dijuluki
sebagai “Nekolim”, kolonialisme-imperialisme gaya baru. Persahabatan dan
perdamaian di dunia menjadi berkonfrontasi dengan negara serumpun mengganyang
Malaysia.
Pada masa orde lama muncullah Poros
Jakarta dan klimaksnya adalah peristiwa pemberontakan Komunis dengan G-30 S/PKI
tanggal 30 September 1965. Pada masa orde baru, politik luar negeri ditegaskan
kembali melalui Tap MPR No.XII/MPRS/1966 tentang penegasan kembali Landasan
Kebijaksanaan Politik Luar Negeri RI. Sedangkan untuk saat ini masa
pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, visi dan misi diantaranya melakukan usaha
memantapkan politik luar negeri, yaitu dengan cara meningkatkan kerjasama
internasional dan meningkatkan kualitas diplomasi Indonesia dalam rangka
memperjuangkan kepentingan nasional.
Salah satu yang dilakukan Susilo Bambang
Yudhoyono adalah dengan melakukan kerja sama yaitu adanya pasar bebas di
Indonesia yang pastinya akan semakin membuat arus perekonomian Indonesia
meningkat. Itulah yang merupakan tantangan bagi negara Indonesia untuk dapat
meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar mampu bertahan dalam
persaingan pasar bebas. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
membawa pengaruh besar bagi kehidupan di dunia. Kemudahan yang didapat dari
penggunaaan teknologi informasi dan komunikasi sejalan dengan nilai-nilai yang
berkembang di negara maju seperti efesiensi, efektivitas, dan rasionalitas. Terkait dengan hal tersebut
Indonesia harus lebih meningkatkan penguasaaan teknologi modern disegala
bidang. Namun disamping itu semua, tidak lupa untuk selalu meningkatkan
keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai filter (penyaring)
kebudayaan maupun pengaruh dari globalisasi yang bersifat negatif.
Mempertahankan dan melestarikan
kebudayaan daerah juga diperlukan agar tidak digantikan oleh budaya
asing. Maka dari itu diharapkan Indonesia untuk selalu bersikap kritis.
Menyeleksi budaya mana yang dapat diadopsi untuk lebih dieksplorasi dalam
negara Indonesia. Sekaligus menjadikan instropeksi diri terhadap apa yang
selama ini menjadikan Indonesia hidup dalam keterpurukan bangsanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar