Jumat, 24 Februari 2012

DAMPAK GLOBALISASI DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, DAN BERNEGARA




Globalisasi dan Politik Luar Negeri di Indonesia

Globalisasi adalah suatu proses mendunia antara berbagai individu yang saling mempengaruhi, berkaitan, dan bergantung yang menyangkut segala bidang dalam kehidupan baik ekonomi, politik, sosial budaya maupun tekhnologi secara cepat melintas batas negara. Bangsa Indonesia sebagai negara berembang tidak bisa mengelak dari poses globalisai. Dengan adanya globalisasi dapat menjadikan Indonesia memiliki peluang lebih sekaligus tantangan. Tak semudah yang dapat dikatakan untuk menjadikan era globalisasi ini sebagai tantangan suatu negara. Banyaknya pengaruh dampak yang tercipta baik adanya dampak pofitif dan negatif. Namun dengan adanya dampak positif Indonesia harus lebih pintar memberdayagunakannya demi kemajuan negara Indonesia.
Dalam pergulatan interaksi dunia masing-masing negara saling mempengaruhi. Negara yang kuat dan berkarak tertanggung akan berhasil memenangkan percaturan dunia, bahkan dapat mempengaruhi negara lainnya. Kesadaran akan hal tersebut, setiap negara pastinya memliki strategi dan taktik yang digunakan dalam hubungannnya dengan negara lain. Hal tersebut diartikan sebagai politik luar negeri. Begitu juga dengan Indonesia yang diharuskan untuk memiliki politik luar negeri sendiri yaitu politik luar negeri bebas aktif. Berdasar pada UU No. 37 Tahun 1999 tentang hubungan luar negeri. Serta UU No. 24 Tahun 2000 tentang perjanjian internasional yang menjadikannya sebagai landasan operasional politik luar negeri Indonesia.
 Politik luar negeri bebas aktif yang dicanangkan oleh Mohammad Hatta pada tanggal 2 September 1948 di depan rapat Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), dalam perjalan sejarah Indonesia terus  mengalami perkembangan. Pada waktu itu Indonesia tidak terikat oleh dua kekuatan adi kuasa yang ada (Blok Barat dan Blok Timur). Pada masa pemerintahan orde lama (1960-1965). Munculnya dua kekuatan adi kuasa tersebut membagi dua blok yang diharuskan kepada semua negara untuk menjatuhkan pilihannya kepada salah satu blok. Pilihan itu adalah demikian ketatnya, sehingga sikap tidak pro sudah dianggap anti sedangkan sikap netral dikutuk. Namun pada msa itu, Indonesia lebih cenderung terikat pada kekuatan Blok Komunis. Sedangkan Blok Barat dianggap sebagai musuh dan dijuluki sebagai “Nekolim”, kolonialisme-imperialisme gaya baru. Persahabatan dan perdamaian di dunia menjadi berkonfrontasi dengan negara serumpun mengganyang Malaysia.
Pada masa orde lama muncullah Poros Jakarta dan klimaksnya adalah peristiwa pemberontakan Komunis dengan G-30 S/PKI tanggal 30 September 1965. Pada masa orde baru, politik luar negeri ditegaskan kembali melalui Tap MPR No.XII/MPRS/1966 tentang penegasan kembali Landasan Kebijaksanaan Politik Luar Negeri RI. Sedangkan untuk saat ini masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, visi dan misi diantaranya  melakukan usaha memantapkan politik luar negeri, yaitu dengan cara meningkatkan kerjasama internasional dan meningkatkan kualitas diplomasi Indonesia dalam rangka memperjuangkan kepentingan nasional.
 Salah satu yang dilakukan Susilo Bambang Yudhoyono adalah dengan melakukan kerja sama yaitu adanya pasar bebas di Indonesia yang pastinya akan semakin membuat arus perekonomian Indonesia meningkat. Itulah yang merupakan tantangan bagi negara Indonesia untuk dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) agar mampu bertahan dalam persaingan pasar bebas. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa pengaruh besar bagi kehidupan di dunia. Kemudahan yang didapat dari penggunaaan teknologi informasi dan komunikasi sejalan dengan nilai-nilai yang berkembang di negara maju seperti efesiensi, efektivitas,  dan rasionalitas. Terkait dengan hal tersebut Indonesia harus lebih meningkatkan penguasaaan teknologi modern disegala bidang. Namun disamping itu semua, tidak lupa untuk selalu meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sebagai filter (penyaring) kebudayaan maupun pengaruh dari globalisasi yang bersifat negatif. Mempertahankan dan melestarikan  kebudayaan daerah juga diperlukan agar tidak digantikan oleh budaya asing. Maka dari itu diharapkan Indonesia untuk selalu bersikap kritis. Menyeleksi budaya mana yang dapat diadopsi untuk lebih dieksplorasi dalam negara Indonesia. Sekaligus menjadikan instropeksi diri terhadap apa yang selama ini menjadikan Indonesia hidup dalam keterpurukan bangsanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar